Daftar Blog Saya

Selasa, 11 Desember 2012

yahudi nyeleneh

-->
Di masa  Rasulullah saw, Abdullah bin Salam dan Mukhairiq, dua orang pemuka yahudi yang akhirnya menerima kebenaran islam meski mendapat hujatan dari kaummnya.
Di masa modern ini, terdapat pula orang-orang yang seperti mereka diantaranya prof. Dr. Israel Shahaq, seorang pakar biokimia dari Hebrew University dan Margaret Marcus.
Prof. Dr. Israel Shahaq bukan Yahudi biasa yang mendukung atau bengong menyaksikan kejahatan kaummnya. Suatu ketika, saat berada di Jerussalem, dia menjumpai kasus yang mengubah jalan pikiran dan hidupnya. Saat itu shahaq berusaha meminjam telepon seorang yahudi untuk memanggil ambulans demi menolong seorang non-yahudi yang sedang kritis.
Di luar dugaannya, si Yahudi menolak dan  non-Yahudi itupun tak tertolong lagi. Shahaq membawa kasus ini ke Dewan Rabbi Yahudi _ semacam Majelis Ulama Yahudi_ di Jerussalaem. Namun Prof.Shahaq terperangah, Dewan Rabbi Yahudi di Jerussalem  (The Rabbinical Court of Jerussalem) menyetujui tindakan si Yahudi yang mengantarkan  non-Yahudi ke ujung maut, bahkan dikatakan sebagai tindakan mulia. Prof. Shahaq menulis “the answered that the jew in quastion had behaved correctly indeed piously.”
Kasus ini mengantar Prof. Shahaq untuk mengkaji agama Yahudi dan negara Israel, yang menghasilkan sebuah buku berjudul “Jewish History,Jewish Religion” (London:Pluto Press, 1994). Dia menyimpulkan bahwa negara israel memang merupakan ancaman bagi perdamaian dunia. Katanya “in my view, Israel as a Jewish state constitutes a danger not only to itself and its inhabitants, but to all Jew and to all other peoples and state the Middle East and beyond.”
Prof.Shahaq menulis “israel belongs to persons who are defined but the israel authorities as Jewish irrespective of where they live and to them alone”. Prof.Shahaq menggugat mengapa yang dipersoalkan hanya orang yang anti Yahudi sementara realitas pemikiran dan sikap Yahudi sangat deskriminatif terhadap bangsa lain justru diabaikan.
Kaum Yahudi misalnya, dilarang memberikan pertolongan kepada non Yahudi yang berada dalam bahaya. Cendekiawan besar Yahudi, Maimonides berkomentar “it is forbidden to save them if they are at the point of death, if for example one of them is seen falling into the sea, he should ot be rescued”. Prof.Shahaq juga merasa aneh pada ajaran agama Yahudi yang deskriminasi terhadap kasus perzinahan, Jika ada Yahudi yang berzina dengan non Yahudi maka non Yahudilah yang dihukum mati bukan si Yahudi meskipun non Yahudi itu diperkosa.
Selain Prof.Shahaq ada pula Margareth Marcus, seorang Yahudi Amerika yang sangat tekun mempelajari berbagai agama dan pemikiran modern. Sejak remaja Margareth Marcus sudah berbeda dengan teman sebayanya. Dia tidak menyentuh rokok dan minuman keras, serta menjauhi pesta huru-hara. Ia hanya tertarik pada buku dan perpustakaan.
Sebelum resmi menyatakan diri sebagai muslimah, Maryam Jameela telah menulis berbagai artikel yang membela Islam di berbagai jurnal Internasional.Ia degan tegas membarikan kritiknya terhadap paham modern. Dalam suratnya kepada Maududi, 5 Desember 1960, ia menulis :
“ Pada tahun lalu saya telah berketetapan untuk membaktikan kehidupan saya guna berjuang melawan filsafat-filsafat materialistik, sekularisme, dan nasionalisme yang sekarang masih merajalela di dunia. Aliran-aliran tersebut tidak hanya mengancam kehidupan Islam saja, tetapi juga mengancam seluruh umat manusia.
Pada tahun kedua di Universitas New York, Margareth Marcus mengikuti mata kuliah tentang Yudaisme dan Islam. Dosennya seorang Rabbi Yahudi. Setiap kuliah, dosen selalu menjelaskan bahwa segala yang baik dalam Islam sebenarnya diambil dalam perjanjian lama (Bibel Yahudi), Talmud dan Midrash. Kuliah itu juga diselingi pemutaran film dan slide propoganda zionis.
Namun kuliah itu justru mengantarkannya sebagai seorang muslimah, ia kemudian mengganti namanya menjadi Maryam Jameela. Dalam tulisannya, Maryam Jameela menulis “ Saya percaya bahwa islem adalah jalan hidup yang unggul dan merupakan satu-satunya jalan hidup menuju kebenaran”
Setelah masuk Islam, Maryam Jameela kemudian memilih untuk berhijrah ke Pakistan, setelah mendapat izin dari kedua orang tuanya.
Prof.Shahaq dan Maryam Jameela termasuk sedikit diantara kaum Yahudi yang memiliki sikap kejujuran dan keberanian untuk menerima Islam meskipun Prof.Shahaq belum memeluk Islam.
Sumber : Adian Husaini (ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia),  Majalah Ar-risalah No.93/Vol.VIII/9Rabiul awal-Rabiul Tsani 1430 H / Maret 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar