Bismillahirrahmanirrahim.
Mengawali
untaian kata yang mengandung ribuan makna, tak
lupa kita panjatkan rasa syukur dan segala pujian kepada Sang Kholik, Allah
subhana Wa Ta’ala, yang telah memberikan Rahman dan Rohim-Nya kepada penulis
dan pembaca di dunia dan akhirat. Tak lupa pula kita curahkan salam dan salawat
kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam, Nabi seluruh umat hingga akhir
zaman, yang telah menerangi hidup dengan
risalahnya, serta salam kepada para sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in dan
orang-orang yang beriman hingga yaumul akhir
dan semoga kita tergolong seperti mereka.
Di era globalisasi seperti saat ini, hiruk pikuk dunia
semakin mencekik, bahkan kebathilan dan kebenaranpun semakin mudah untuk
diputarbalikkan, kebaikan layaknya buih di lautan, dosapun laksana pasir di
gurun, keduanya sulit dibedakan namun kebathilan merajalela dan semakin akrab
dengan dunia dan kebaikan semakin tersembunyi di balik tirai dan sulit
ditemukan.
Pemuda yang labil semakin mudah dipengaruhi oleh senyum-senyum
syaitan laknatullah alaihi. Dengan berbagai
hasutan iblis dan silaunya dunia,
pemuda semakin mudah diperdaya oleh pergaulan yang semakin kehilangan kendali, dengan
musik yang semakin merajalela, pakaian yang semakin menggila dan elektronik
yang semakin menggigit, Hal ini menyebabkan pacaran sudah dianggap kewajiban,
zina dianggap biasa, musik yang dianggap lantunan penghibur, style yang semakin
menggoda, serta wanita menjadi pria dan lelaki menjadi wanitapun sudah dianggap
lumrah yang berdalih hak asasi manusia.
Semua itu
membuat pemuda lalai dari mengingat Tuhannya. Pemuda saat ini semakin akrab
dengan dunia yang tak terarah lagi, mereka semakin memeluk dunia dan seakan
ingin memilikinya, mereka lupa akan
hakikatnya hidup di dunia ini dan semakin berjalan menuju jurang kegelapan.
Maraknya media informatika membuat para pemuda juga semakin
egois dengan kesibukannya menguntai kalimat tanpa makna, mengumbar perasaan
tanpa malu dan menyingung orang lain tanpa berpikir dalam jejaring sosial. Para
pemuda lebih hobby membuang waktu dengan game, menonton hal yang tak layak
untuk dilihat, dan mencari kejelekan
orang lain yang membuat mereka tak peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Betapa disayangkan, para pemuda zaman sekarang lebih
dominan mengidolakan seseorang yang tak layak untuk diidolakan bahkan tak layak
untuk ditiru. Mereka lebih memilih menikmati kesenangan fatamorgana dibanding berjuang
demi kemenangan. Mereka jadi lemah, tak sanggup berjuang bahkan tak kenal kata
semangat. Mereka lebih memilih mengutip kalimat yang tak tahu sumber dan
maknanya dibanding kutipan kalimat Sang Pencipta, mereka lebih memilih membaca
ribuan kalimat surat picisan dibandingkan membaca surat cinta dari Allah
subhanahu Wa Ta’ala, Al-Qur’an yang suci.
Mereka yakin akan datangnya kematian tetapi malah hidup
bersuka ria. Mereka
yakin akan mempertanggungjawabkan amalnya tetapi malah asyik menumpuk harta
benda. Mereka yakin akan datangnya kubur
tetapi masih saja hidup bersantai-santai. Mereka yakin bahwa dunia ini
akan hancur tetapi malah terpikat kepada pesonanya. mereka mengaku intelektual
tetapi malah bodoh moralnya. Mereka bersuci dengan air wudhu tetapi hatinya
tetap kotor. Mereka selalu mencari cacat dan aib saudarinya sementara dirinya
sendiri tak dirasakan, Mereka
yakin bahwa Allah Maha Mengawasi segala perilakunya tetapi masih berani berbuat
maksiat dan durjana kepada-Nya.
Betapa menyedihkannya pemuda zaman sekarang.
Lalu saat seperti ini, masih adakah kebenaran yang terkuak??
Masih adakah yang menggenggam kebenaran itu??,, ya tentu saja,, namun cahaya
terang ini masih samar oleh pendar-pendar titik cahaya lainnya yang kian
menggoda dengan
berbagai hal yang menggiurkan. Yang menjanjikan kebenaran dan dalih yang
meyakinkan namun palsu.
Disisi lain kebenaran yang diyakini layaknya bara
yang di genggam, para pemegangnya tak dianggap lagi,
terasingkan, dilecehkan dan dianggp sebagai para teroris yang siap untuk
mengacaukan hidup mereka,, yah,,, begiitulah syaitan berbisik di telinga para
pemuda saat ini, dan tanpa berpikir mereka malah menelannya dengan
mentah-mentah.
Lalu apa yang seharusnya dilakukan para pemeganng
bendera kemenganan ini?? Haruskah ia berpangku tangan menyikapi kondisi seperti
ini? Haruskah mereka melangkah maju terus tanpa menengok kebelakang dan
meninggalkan mereka?? Layakkah mereka menyimpan segala tatapan kebencian yang
terarah padanya?? Tidak!! Tentu saja Tidak!!...
Bagi mereka yang mengaku sebagai pejuang dakwah
hendaknya melakukan yang terbaik tanpa mengenal kata putus asa, meski mereka
mendapatkan hujatan senjata yang mengiris hati dan tubuh,, hendaknya mereka
tetap memegang tangan orang-orang yang terpelosok ke dalam jurang meskipun
mereka meronta untuk dilepaskan, hendaknya memberikan setitik cahaya tanpa
mengeluh ditengah kegelapan, karena mereka telah mendapatkan warisan para
rasul dan harus membagikannya kepada
oranng-orang yang berhak menerimanya.
Bagi mereka yang mengaku berilmu dan beriman tak layak
menikmati semuanya sendiri, mereka yang sedang dalam pencarian islam yang haqiqih, yang haus akan ilmu Al
Qur’an dan As Sunnah hendaknya menyadarkan saudaranya bahwa dunia
hanya penjara baginya dan
kebebasan bagi syaitan..
Mengakhiri tulisan ini, penulis berharap agar para
pembaca dapat merenunginya apakah ia termasuk para penunjuk jalan yang benar atau
sebaliknya, dan semoga tulisan ini bermanfaat, dapat memberikan ibrah dan dapat
menyadarkan bahwa dunia memang terlihat laksana tumpukan jamrud dan permata
namun semua itu tak ada gunanya ditengah gurun pasir tanpa air. Segala bentuk
kebenaran dalam tulisan ini semata-mata bersumber dari Allah dan segala bentuk
kelalaian bersumber dari Syaitan laknatullah dan penulis sebagai hamba yang
dhaif.
makasih sharenya
BalasHapusTanda tanda Kehamilan